Sale On Race



Nglirik tanggal 7 mei 2013 “OMG! Deadline! Sale on Race!”



Begitu seru setiap kelompok dalam race on sale ini, tak terkecuali kelompok saya yang manis dan narsis narsis seperti saya. h0h0h0

Sale on race, sebuah tantangan yang di berikan dalam kelas Kewirausahaan pada semester ini dan kelas ini yang paling banyak yang saya ikuti. Diman menggabungkan 2 prodi di menjadi satu, maka muncullah lautan manusia dan jika dosenku yang enerjik ini berhenti bicara dan hilang konsentrasi sedikit saja akan muncul bunyi denggung yang muncul dari mahasiswa dan mahasiswinya ini, terlebih mahasiswi sich.

Dimana tantangan ini tercipta untuk mengukur sampai dimana jiwa kewirausahaan dalam diri masing-masing individu, dengan menghadapi setiap masalah dan kenyataan lapangan yang tak semanis teori ini itu dan lainnya.

Pembagian kelompoknya pun terbilang cepat dan kilat, sehingga tidak ada lagi yang bisa memilah dan memilih siapa partner kerja mereka. Dan terbagilah kami dalam 7 kelompok yang di pilih secara random dengan berhitung. Hasilnya ada kelompok yang beranggotakan para kartini saja dan ada pula yang memiliki beberapa arjuna dalam kelompoknya.



Kelompok 6. Disitu lah aku terpilih, dengan lima anggota, ada okta dia anak matematika yang pendiam tapi jago juga kalo jualan. Susi, wah jangan salah meskipun nama tidak menjual tapi dia yang paling jago dalam jualan dia menyumbang laba paling banyak dan paling banyak orderan pula. Ada dua jagoan dalam kelompok kami, faqih dan mufni. Dua jagoan ini bertugas mengantar kami mengambil orderan, mengantar orderan dan mencari orderan pula.

Dalam perjalanan ini kami mengalami hal yang tak terduga. Mulai dari galau menentukan patner usaha, galau menentukan produk apa yang akan kami jual dan galau dalam pembagian tugas. Berkat do’a restu orang tua dan dosen yang tak henti-hentinya men support kami, akhirnya kami memilih untuk berpartner dengan satu mitra saja, yaitu Bu Erna. Barang yang di tawarkan Mbak Erna (karena beliau masih muda, walaupun sudah memiliki putrid yang sebentar lagi lulus sekolah menengah atas )  mulai dari baju yang di pakai kaum muslimah, dari ujung rambut hingga ujung kaki, gamis, kerudung beraneka macam, daleman kerudung beraneka bentuk, tas wanita pun ada, dan di tambah pula dengan aksesoris yang membuat manis kerudung yang di pakai.

Hal yang harus di catat, di garis bawahi dan di blok adalah bahwa di lapangan tak seindah yang ada dalam teori. Mengapa? Karena kita berinteraksi langsung tidak lagi berkutat dengan buku dan diktat yang ada. Kita harus mengerahkan daya, upaya serta rayuan gombal kita untuk memikat hati para konsumen. Ternyata tak mudah mendapatkan satu rupiah itu kawan!

Ingatlah, di balik semua peluh dan keringatmu sekarang ini, kau akan merasakan indahnya bisa mendapatkan rupiah yang biasanya kita memintanya (lebih kasarnya nodong) kepada orang tuamu. Sekarang puluhan rupiah itu tak di lirik olehmu tapi saat kau telah menjadi sosok yang dinamakan orang tua kau harus mengerti, jangan pernah menyesal dan jangan pernah mengumpat “boros” dalam dirimu sendiri.

Komentar

  1. nama Susi justru sangat menjual :)
    yaaaappp..realita jauh lebih indah mbak, walaupun kadang "menyakitkan"

    BalasHapus
  2. nama temenku jadi bahan perdebatan ik..hhee
    bener kamu nis..
    kita jadi bisa menghargai rupiah kog karena sale on race ini :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasa

sunday is hard work

Cerita lain tentang hujan