aku, hujan dan kebiasaan kita



Dulu saat aku masih berumur belasan, masih jago untuk menentang segala apa yang kata orang tua "ora pareng"
Salah satunya dengan kebut-kebutan dengan sepeda di bawah guyuran hujan tanpa jas ujan pula
lebih jagoannya lagi aku wanita sendiri, serta merta tanpa canggung menggulung celana panjangku (dulu aku belum berkerudung tapi aku selalu menjaga diriku dengan tetap menggunakan pakaian yang pantas untuk di lihat orang lain) memasukan tas karena habis menimba ilmu di madrasah diniyah (kegiatan sore hariku)
mulailah mengenjot dengan kekuatan yang tak teratur mengakibatkan air hujan di sekitarku muncrat kemana-mana
Setiap orang yang lewat mengumpat pada kami dan tidak urung menyebutkan nama ayah atau ibu kami jika mengenal seperti mereka tidak melakukannya saja waktu kecil, tapi belakangan ini aku mengira mereka iri melihat betapa bahagianya kami dapat menikmati guyuran air hujan di sertai guntur yang menggelegar (rumahku di tenggah sawah, jadi seperti apa wujudnya guntur itu aku sudah bosan melihatnya)
Sekarang, aku hanya bisa melihatnya dan mematung di pinggiran pintu, berharap dapat melakukannya lagi dengan geng madrasah diniyah angkatanku yang sekarang entah berada di negara bagian mana
Good for you guys, i miss you so much
Hey, ak harap kalian masih menyimpan kresek di dalam jok sepada kalian

Komentar

  1. kebiasaan semua anak kecil :)

    BalasHapus
  2. dan aku masih menjadi bagian dari itu semua, begitu indah dan polos mengukir dunia

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasa

sunday is hard work

Cerita lain tentang hujan