tanggapan warga Jogja pasca penyerangan lapas cebongan


Masyarakat merasa trauma pasca terjadinya penyerangan di lapas cebongan  oleh 11 anggota TNI AD pada sabtu (23/3/2013), dini hari. Latar belakang penyerangan  adalah pengeroyokan dan pembunuhan terhadap Serka Heru santoso di Hugo’s Caffe (19/3/2013) dan pengeroyokan terhadap mantan anggota Kopasus sertu Sriyono pada (20/3/2013). Dalam peristiwa itu, empat tersangka kasus pembunuhan Serka Santoso ditembak mati.


Ahmad Afdholudin (18) warga Desa Wonolelo Plered Bantul, mengatakan bahwa pasca kejadian pembunuhan di Lapas Cebongan menyisakan trauma yang mendalam bagi warga Sleman khususnya, di daerah Yogyakarta pada umumnya. Dia sangat tidak setuju atas aksi tersebut yang juga sangat meresahkan warga. 

Seperti yang terjadi pada akhir April 2013, demonstrasi besar-besaran di Tugu Jogja yang dilakukan warga masyarakat Bantul dan Yogyakarta serta diikuti oleh ratusan mahasiswa dari beberapa Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Mereka menolak keras dan menuntut penghapusan aksi premanisme yang dilakukan beberapa oknum TNI AD di lapas Cebongan beberapa waktu yang lalu. Beberapa aparat kepolisian  juga dikerahkan untuk menjaga aksi demonstrasi yang terjadi.

Masih menurut Ahmad, ada dampak positif untuk warga pasca kejadian tersebut, yakni masyarakat menjadi takut untuk melakukan tindak kriminal dan menurunnya tingkat kejahatan di daerah Bantul dan sekitarnya. Ada juga beberapa orang yang sering memakai kaos dengan tulisan “ANTI PREMANISME” untuk menolak aksi premanisme terkait dengan kejadian di Lapas Cebongan, meskipun mereka tidak turun langsung ke jalan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasa

sunday is hard work

Cerita lain tentang hujan