pensil dan kertas



yey, aku bekerja!
setelah bergulat lelah dengan aktivitas melamar kerja, dan benar sekali kata momy aku itu "saya dulu tidak pernah melamar kerja, pekerjaan yang melamar saya".
akhirnya aku di lamar bekerja oleh tempat yang aku sukai.
yupy, aku bekerja dengan pensil dan kertas.

sesuai sekali seperti dulu, saat guru di sekolah dasar (saat itu aku kelas 1 SD) menyuruh semua muridnya bermimpi ingin menjadi apa setelah tumbuh besar, aku sendiri yang menjawab "saya ingin bekerja dengan pensil dan kertas" di tengah jawaban ingin jadi dokter, guru, polisi dan segala pekerjaan yang sudah aku kenali dulu.
ibu guru pun menanyaiku dan aku membawa sebuah bukti, lembaran kertas HVS bergaris yang penuh dengan tulisanku dengan pensil, beliau tersenyum dan berkata "nisa mau jadi penulis?" aku yang tidak mengerti dan hanya mengangguk polos.
Ibu Alm. Sudharini, nisa sekarang jadi penulis. ibu harus tersenyum ya disana, tapi nisa belum memenuhi satu janji, untuk memberitahu dunia apa yang selalu aku coretkan oleh pensil dan tergores pada kertas putih.
sebentar lagi dunia akan tahu, saya berjanji pada ibu.

pekerjaanku cukup simple,content writer. menulis menulis dan menulis, bedanya aku tidak bisa memberikan tulisanku dalam bentuk hardcopy namun semua dalam bentuk softcopy yang dikirim lewat dunia maya.

aku sendiri tidak bisa percaya dengan harta karun yang tersimpan dalam pojokan lemari yang merupakan tulisanku dari masa ke masa, dari tulisan anak SD dengan huruf kapital besar, hingga sekarang yang terlihat lebih baik.

kenapa bukan dengan peralatan modern dan kenapa harus pensil. pensil bisa terhapus, seperti kesalahan yang harus terhapus oleh maaf.

pensil dan kertas menawarkan kepuasan tersendiri dari pada saya harus menuliskan dengan gadget (walaupun saat menulis ini saya menggunakan alat elektronik).

pensil dan kertas teman yang tak akan pergi, walaupun akan basah jika terkena air, yang akan kering dengan matahari, dan akan penuh dengan tulisan hati ini.

pensil dan kertas, aku ingin berterima kasih karena mau menemaniku (atau terpaksa) saat aku terpuruk, terlonjak, terinjak, dan tersipu.

teruslah menemaniku hingga aku di temani seseorang di sampingku, tenang saja, aku akan mengenalkan dia padamu, karena kau adalah pensil dan kertasku

Komentar

  1. Dulu waktu SD saya nulisnya dengan pensil, setelah itu saya banyak menulis dengan bulpen. Postingan di blog rata-rata saya tulis dulu menggunakan bulpen dan kertas, kemudian baru saya ketik. Memang ada sensasi yang berbeda antara menekan tuch keyboard dan menggores pena, dan saya menyukai perbedaanya dan tak ingin membandingkan antara keduanya. Salam kenal!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasa

sunday is hard work

Cerita lain tentang hujan